Oleh: Bahren Nurdin
Jauh sebelum hari ‘H’ pencoblosan, saya sudah tahu siapa yang akan memenangkan Pilkada mendatang, tidak hanya di Jambi tapi juga di seluruh Indonesia. Siapa? Anda! Ya, andalah yang keluar sebagai pemenangnya. Anda, rakyat Indonesia. Pasangan Calon (Paslon) yang ‘bertanding’ di panggung politik Pilkada hakikatnya adalah representasi dari rakyat negeri ini.
Jadi, siapa pun yang diberi kepercayaan dan kesempatan oleh masyarakat, yang menang adalah masyarakat itu sendiri. Maka seharusnyalah kemenangan ini didapatkan dengan penuh kejujuran, integritas dan kewibawaan.
Tidak ada yang kalah. Perhatikan baik-baik. Saya sedang berbicara paradigma atau sudut pandang. Ini penting untuk dipahami karena jika sudut pandang anda salah, ibarat mengambil sebuah foto, objek sebagus apa pun tetap tidak indah dilihat. Dan sebaliknya, seburuk apa pun objek yang ‘dijepret’, jika sudut pengambilannya baik, indah juga untuk dilihat.
Tentang ‘pemenang’ pada konteks pemilu. Ada dua kelompok yang keluar sebagai pemenang yaitu, pertama, kelompok Paslon; dan kedua, kelompok masyarakat. Begini, setiap orang yang sudah disahkan oleh penyelenggara pemilu telah memenuhi persyaratan sesuai peraturan dan perundang-undangan untuk menjadi calon pemimpin (Paslon) berarti orang tersebut sudah layak untuk naik ke atas ‘panggung’. Itu artinya semua mereka sudah dinyatakan terbaik dari sekian banyak rakyat lainnya. Nomor berapa pun yang dimiliki, menang.
Pada level ini saja mereka sudah menjadi pemenang. Bersyukurlah. Dari jutaan atau ratusan juta rakyat yang ada di daerahnya, hanya dua, empat, enam, delapan dan seterusnya yang terpilih untuk maju menjadi pasangan calon. Mereka sudah jadi yang terbaik.
Kelompok kedua yang ditetapkan sebagai pemenang adalah masyarakat sendiri. Pasangan calon nomor berapa pun yang akhirnya nanti diberi kepercayaan dan kesempatan oleh rakyat, pemenangnya tetaplah rakyat yang memilih. Hakikat pilkada adalah untuk menentukan orang yang paling layak memimpin rakyatnya. Mencari pemimpin yang mampu membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Mencari orang yang bersedia menghibahkan dirinya lahir dan bathin untuk kepentingan masyarakat banyak.
Jika begitu, kemenangan yang sesungguhnya adalah kemenangan dalam menentukan pemilihan pemimpin tersebut. Pilkada inilah bentuk kemenangan masyarakat tersebut. Karena, jika pilkada ini tidak sukses maka yang akan rugi adalah masyarakat sendiri. Suksesnya pelaksanaan pilkada ini adalah bentuk kemenangan masyarakat yang sesungguhnya.
Siapa yang kalah? Saya hanya ingin merubah paradigma masyarakat tentang ‘kalah’ dalam konteks Pilkada ini. Tidak ada yang kalah. Sekali lagi, tidak ada yang kalah! Inilah ‘pertandingan’ unik yang ada hanya ‘pemenang’ tapi tidak ada ‘pecundang’.
Pencoblosan yang dilakukan hanyalah untuk menentukan siapa yang paling layak memperoleh KESEMPATAN memimpin raknyatnya. Artinya, jumlah suara yang diberikan oleh rakyat hari ini adalah bentuk lain dari KEPERCAYAAN yang diberikan kepada Paslon untuk mengemban amanah dan harapan rakyat. Semakin banyak suara yang didapat, semakin besar pula kesempatan yang diberikan. Jumlah suara sama dengan jumalah kesempatan.
Jika bicara ‘kesempatan’ itu artinya kita hanya bicara waktu dan tempat. Jika tidak diberi kesempatan saat ini, berarti ada kemungkinan di lain waktu, atau bahkan di tempat yang lain. Jadi tidak bicara ‘kalah’ dan ‘menang’ yang kesannya membenturkan antara yang ‘baik’ dan yang ‘buruk’. Sekali lagi, mereka semua adalah orang pilihan dan sudah menjadi yang terbaik; PEMENANG.
Maka dari itu, bagi Paslon, tidak ada yang ‘kalah’; yang ada hanya siapa yang lebih dahulu diberi kesempatan oleh masyarakat. Semua paslon sudah jadi pemenang namun mungkin ada yang belum dapat kesempatan dan kepercayaan. Jadilah pemenang sejati yang berjiwa besar, berwibawa, dan memiliki harga diri.
Bagi masyarakat, kemenangan sudah di tangan anda. Anda telah melaksanakan kedaulatan hak konstitusi dengan menentukan siapa Paslon yang paling anda percaya untuk menunaikan harapan-harapan yang anda miliki sebagai rakyat.
Akhirnya, Pilkada adalah bentuk kemenangan kita semua rakyat Indonesia. Mari merayakan kemenangan ini dengan positif, optimis, saling tersenyum, saling menghormati, bergandengan tangan, berangkulan, dan bersatu padu. Kita adalah Indonesia. Senyum..
Penulis: Bahren Nurdin – Akademisi UIN STS Jambi dan Direktur Pasat Kajian Demokrasi dan Kebangsaan [PUSAKADEMIA].
Diskusi tentang inipost