Pertisun

Mendapatkan kabar turun langsungnya Al Haris ke berbagai desa di Kerinci sekaligus memantik ingatan. Tagline “pertisun”. Pejabat tidur di dusun. Sebuah tagline yang tegas sekaligus kaya makna. Pertisun dilakukan di 3 Desa seperti Desa Pasir Jaya, Desa Lebuk Tabun dan Desa Sungai Kuning Kecamatan Siulak Mukai Kabupaten Kerinci. Awal Mei 2025.

Tagline ini pernah disampaikan ketika keliling kampanye tahun 2020. Dengan tegas dan mantap Al haris mempromosikan Pertisun disela-sela kampanye di daerah.

Tagline Pertisun menjadi tagline Al haris ketika menjadi Bupati Merangin. Sekedar gambaran seperti ketika Al haris Pertisun di Desa Rantau Kermas, Kecamatan Jangkat (November 2017). Bahkan didalam forum Indonesia Visionary Leader Season 6 (November 2019), Pertisun Sangat penting. Selain menampung aspirasi juga mendekatkan langsung pejabat dengan masyarakat. Sehingga selain mengambil keputusan yang tepat, Al Haris tidak ingin disuguhi ABS (Asal Bapak Senang).

Dengan pertisun, selain langsung merasakan derita rakyat juga keputusan yang dapat diambil dari Bawah. Sekaligus memahami suara hati rakyat.

Tema Pertisun ingin segera dilaksanakan ketika selesai dilantik (Juli 2021). Namun menghadapi ancaman nyata Covid 19 yang tidak memungkinkan masyarakat berkumpul. Selain juga tidak memungkinkan Al haris menghadapi persoalan yang menyita energi.

Belum lagi covid 19 yang membuat ekonomi Jambi sempat turun dan menghadapi recofusing anggaran yang memberikan perhatian penuh kepada Ancaman covid dan akibatnya terhadap ekonomi.

Setelah Dilantik 2025, tema pertisun kembali digalakkan. Setelah menyelesaikan persoalan Pemerintahan, seperti efisiensi anggaran, perapian anggaran di DPRD, tema Kepegawaian, maka pertisun kemudian dilaksanakan. Dan Kabupaten Kerinci mendapatkan kehormatan sebagai Langkah awal road show pertisun yang akan menjadi agenda rutin.

Lalu apa makna Pertisun yang menjadi tagline Al Haris ? Pertisun sebuah istilah yang kemudian menjadi khas Al Haris menunjukkan kekuatan kosakata yang digunakan. Istillah “Dusun” menggambarkan keterikatan emosional Al haris dengan wilayah sekaligus hubungan urat nadi perekonomian.

Istilah Dusun justru menunjukkan keunikan. Seperti penggunakan istilah “blusukan” sebagaimana ujaran yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Dari berbagai sumber, Istilah blusukan berasal kata Jawa. Blusuk yang mempunyai arti masuk. Sehingga kata blusuk kemudian mendapatkan imbuhan “an” yang kemudian diartikan sebagai masuk atau memasuki.

Namun kata blusuk tidak ditempatkan memasuki tempat-tempat yang nyaman seperti masuk hotel, masuk kantor dan masuk rumah.

Justru blusuk kemudian mengalami perkembangan menjadi blusukan justru memasuki tempat-tempat yang justru “kurang nyaman” didatangi. Misalnya ke lorong-lorong rumah, masuk got, kerumah-rumah penduduk, ke kampung-kampung yang selama ini abai didatangi. Bahkan blusukan kemudian mengalami perkembangan luar biasa.

Blusukan justru mendatangi tempat-tempat yang memang perlu didatangi. Ketika banjir, langsung kerumah-rumah penduduk, mendengarkan langsung penderitaan korban banjir, melihat petugas pemadam kebakaran. Bahkan tidak tanggung-tanggung mendatangi pos ronda ditengah malam.

Dengan blusukan, selain jauh dari publisitas juga mendapatkan informasi langsung dari Lapangan.

Nah, secara harfiah kata Pertisun juga dapat ditempatkan sebagai blusukan. Mendatangi masyarakat yang jauh dari kesan protokoler, duduk di tikar dikeliling masyarakat, mendengarkan suara langsung tanpa sekat-sekat informasi. Namun yang pasti “tidak ada sama sekali” desain acara yang disampaikan masyarakat.

Namun perbedaan dengan blusukan dan pertisun, blusukan hanya melihat satu tema tertentu. Sedangkan dengan Pertisun justru sang pejabat langsung tidur di dusun. Seharian penuh. Menjadi bagian tidak terpisahkan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Kekuatan tidur di dusun maka selain tidak ada sekat antara masyarakat dengan pejabat, informasi penting justru mengalir. Penuh tanpa adanya rekayasa apapun.

Di sela-sela kegiatan, canda gurau sekaligus langsung mendengarkan suara masyarakat menjadikan Al haris didalam menentukan prioritas sekaligus mengunci menjadi program. Sehingga keputusan yang diambil dapat menggambarkan sekaligus menjadi penyelesaian.

Kekuatan Pertisun memang efekti. Di kalangan tradisi tertentu, keputusan dari Lapangan justru menjadi penentu keputusan komandan untuk menentukan strategi militer. Komandan yang menguasai Lapangan tentu saja tetap memantapkan keputusan setelah mendapatkan informasi langsung dari anggota di Lapangan. Sehingga tidak salah kemudian berbagai kekuatan negara selalu menempatkan anggotanya di Lapangan.

Tagline Pertisun memang mudah dipahami berbagai lapisan. Namun “daya ledaknya” sungguh dahsyat.

Penggunaan kata “dusun” sekaligus menjadi daya rekat yang kuat Al Haris dengan masyarakat Jambi. Sekaligus membuktikan “kejeniusan” dan “kegenuin” (unik/khas) gagasan besar yang akan lekat ditengah masyarakat.