AMPAR.ID, JAMBI – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyoroti stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dalam beberapa kuartal terakhir berada di bawah ekspektasi nasional. Di tengah narasi stabilitas makroekonomi, angka pertumbuhan yang hanya berkisar 4,9–5,1% dinilai tidak cukup untuk mendorong transformasi struktural dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dalam pernyataan resminya, melalui forum Advance Training tingkat nasional BADKO HMI yang diadakan di padang, Sumatra Barat. Andika Rudi Arvia, menilai rendahnya pertumbuhan ekonomi bukan semata karena faktor global, tetapi karena ketidakjelasan arah pembangunan nasional, terutama dalam hal hilirisasi industri, ketimpangan investasi antar daerah, dan minimnya keberpihakan terhadap sektor ekonomi rakyat.
“Pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas hanya akan memperbesar angka, tapi tidak menyentuh akar kemiskinan dan pengangguran. HMI memandang ini sebagai kegagalan desain pembangunan, bukan sekadar fluktuasi pasar,” ujar Andika salah satu peserta dari Jambi BADKO HMI Jambi.
Lebih lanjut, andika mengajukan analisis kritis terhadap tiga aspek utama:
1. Ekonomi Masih Bersifat Ekstraktif, Ketergantungan pada ekspor komoditas mentah belum diimbangi dengan industrialisasi berbasis teknologi dan nilai tambah.
2. Investasi Tidak Inklusif, Sebagian besar investasi terpusat di Jawa, meninggalkan kawasan timur Indonesia dalam stagnasi ekonomi.
3. Minimnya Intervensi pada Ekonomi Rakyat, UMKM masih menghadapi kendala akses permodalan, teknologi, dan pasar global, padahal sektor ini menyerap 97% tenaga kerja nasional.
HMI mendorong pemerintah untuk mereformulasi ulang strategi pembangunan nasional, dengan fokus pada:
1. Pemerataan infrastruktur ekonomi antar daerah
2. Inovasi kebijakan fiskal untuk memberdayakan sektor produktif masyarakat
3. Penguatan peran riset dan pendidikan tinggi dalam agenda transformasi ekonomi.
Tanpa koreksi arah, kita akan terjebak dalam jebakan negara berpendapatan menengah. Indonesia butuh pertumbuhan yang tidak hanya tinggi, tapi adil, berkelanjutan, dan berpihak,” tegas andika.
Sebagai organisasi kader dan gerakan intelektual, HMI berkomitmen hadir sebagai mitra kritis pembangunan, mendorong kebijakan ekonomi yang tidak hanya menguntungkan elit, tapi juga membebaskan rakyat dari ketergantungan struktural dan keterpinggiran ekonomi. (Red)





















Diskusi tentang inipost