Oleh: Lina Marliana, Staf BPS kabupaten Tebo
AMPAR.ID – Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir. akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian karena jika tidak ditangani dengan baik bisa berdampak jangka panjang kepada si anak. Stunting terjadi karena beberapa faktor atau multi dimensi dan tidak hanya karena soal faktor gizi buruk yang di alami oleh si ibu hamil maupun anak balita.
Berikut beberapa penyebab stunting :
– Praktek pola Asuh yang kurang baik, diantaranya kurangnya pengetahuan Ibu soal kesehatan dan gizi saat masa kehamilan dan setelah kelahiran.
– Kurangnya layanan kesehatan ibu selama hamil atau pelayanan kesehatan setelah ibu melahirkan
– Kurangnya akses rumah tangga terhadap makanan bergizi
– Akses ke air bersih dan sanitasi kurang baik.
Indeks Khusus Penanganan Stunting (IKPS)
IKPS merupakan salah satu instrumen untuk memantau dan mengevaluasi program penurunan stunting di Indonesia. Dimensi dan indikator dalam IKPS ada Dimensi Kesehatan, Dimensi gizi, Dimensi perumahan, Dimensi pangan, Dimensi Pendidikan dan Dimensi perlindungan sosial. IKPS sendiri dihitung menggunakan indikator yang dihasilkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Pada tahun 2020 IKPS Indonesia sebesar 67,3 naik 1,2 poin di banding tahun 2019 yang hanya 66,1. Sedangkan IKPS Provinsi Jambi tahun 2019 sebesar 61,0 dan tahun 2020 sebesar 61,90 naik 0,90 poin. Indeks Masing-masing dimensi penyusun IKPS Nasional tahun 2020, Dimensi Kesehatan sebesar 73.1, Dimensi gizi 85.1, Dimensi Perumahan 84.9, Dimensi pangan 88.8, Dimensi pendidikan 41.7 dan Dimensi perlindungan sosial 30.0.
Riset Kesehatan dasar Kemenkes tahun 2019 mencatat terdapat 6,3 juta balita dari populasi 23 juta balita indonesia menderita stunting. Jumlah ini masih sangat di sayangkan, mengingat ini masih jauh dari nilai standar WHO yang seharusnya dibawah 20 persen.
Bersama cegah stunting
Upaya pencegahan stunting tidak dapat dilakukan sendiri harus bersama-sama. Stunting bisa terjadi karena banyak faktor, oleh sebab itu penanganannya harus komprehensif melibatkan berbagai sektor. Terdapat 23 kementerian dan lembaga yang ikut berjuang bersama guna mengatasi stunting di Indonesia. Yang mana target tahun 2024 bisa turun mencapai angka 14 persen. Komitmen dan kordinasi antar lintas sektor dan dukungan organisasi profesi kesehatan, organisasi masyarakat, dan setiap keluarga sangat dibutuhkan. Hadirnya Negara dalam mencegah stunting bertujuan agar Indonesia maju.
Pencegahan stunting yang dapat dilakukan adalah sebagai beriut :
– Kebutuhan gizi sejak hamil harus terpenuhi, gizi yang cukup relarif lebih ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak. Konsumsi ibu hamil harus makan makanan sehat dan bergizi atau memakan suplemen sesuai anjuran dokter.
– Meberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, ASI sangat baik bagi anak karena kandungan gizi Mikro dan makro yang terdapat pada ASI. Protein whey dan kolostrum yang ada dalam ASI mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak
– MPASI yang sehat, ketika bayi sudah berusia 6 bulan keatas diberi makanan pendamping yang bergizi.
– Memantau tumbuh kembang anak, sebagai orang tua harus memantau tumbuh kembang anak, terutama berat badan dan tinggi badan si anak. Membawa ke posyandu secara rutin mampu mendeteksi awal stunting
– Selalu menjaga lingkungan yang bersih, anak di bawah 5 tahun sangat rentang akan penyakit, sehingga lingkugan yang sehat akan membantu tumbuh kembang si anak dengan baik.
Stunting merupakan ancaman terhadap kualitas Manusia di Indonesia sehingga mari bersama cegah terjadi nya stunting terhadap anak, agar terwujud Indonesia Emas. (*/Red)
Diskusi tentang inipost