AMPAR.ID, JAMBI – Sayyid Fuad bin Abdurrahman Baraqbah telah dinobatkan sebagai Sultan Jambi generasi ke 4 dan menjadi keturunan Sultan Thaha yang sah.
Hal tersebut diungkapkan oleh para peneliti yang telah mengkaji berbagai bukti yang menguatkan bahwa Sayyid Fuad adalah keturunan yang asli.
“Stambuk atau silsilah itu bukan kita tulis, tapi Leiden yang menulis. Kita tidak membuat dan itu data yang Zahir sekali,” ungkap Yusdi Endra Ketua Tim Peneliti, Kamis, (29/7).
“Jadi ini yang kita jadikan sebagai sumber dan menjadi model penobatan Sultan kita kedepan,” tambahnya.
Ia menyampaikan bahwa temuan ini silakan saja dibantah jika ada pihak yang merasa keberatan dan tidak setuju, namun ia meminta agar didukung oleh fakta baru yang membantah hasil temuannya.
“Jadi kalo ada orang membantah silakan membantah, tapi tolong keluarkan bukti yang menguatkan kami untuk mengkaji ulang. Jadi kami haqqul yakin bahwa beliaulah keturunan yang sah keturunan Sultan yang ke 4,” ujarnya.
Ia juga tidak mempermasalahkan munculnya beberapa versi yang merasa dirinya sebagai keturunan Sultan Thaha yang sebenarnya.
“Silakan dua, tiga, empat versi pun tidak apa-apa. Tapi nanti kita lihat pembuktian ulang siapa yang punya bukti bukti yang sah, nah ini akan kita kaji ulang,” pungkasnya.
“Haqqul Yaqin bisa kita pastikan saya bertanggung jawab dunia akhirat. Apabila salah kita berdosa dunia akhirat, saya tegak pada garis lurus saja sebagai akademisi,” lanjutnya.
Sementara itu Via Diki yang juga merupakan anggota dari tim peneliti menjelaskan, bahwa ia bersama peneliti yang lain yakin bahwa Sayyid Fuad adalah keturunan Sultan Thaha melalui bukti-bukti berupa KTP, KK dan yang lainnya.
“Silakan kaji siapa beliau apakah nyambung ke Sultan Thaha Saifuddin dan bagaimana mereka membuktikan bahwa mereka sah keturunan dari Sultan Thaha. Tapi kalo ini kita teliti mulai dia mempunyai KTP, mempunyai KK disitu kita melihat dia anaknya siapa,” bebernya.
“Ada tiga bukti peninggalan sultan Thaha secara turun temurun. Yang tidak bisa dibantah itu, stempel yang itu ada sanadnya. Yang kedua ada cincin stempel yang terbuat dari emas,” tukasnya.
Selain itu Yusdi Endra mengatakan, bahwa penelitian terkait silsilah keluarga Sultan Thaha ini telah sejak lama ia lakukan.
“Sudah 20 tahun kajian saya ini. Cemooh itu bukan baru sekarang, barulah 10 November kita mengekspos ke pers bahwa penemuan itu memang bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Ia juga menilai bahwa dengan adanya penobatan Sultan ini dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat Jambi khususnya generasi muda.
“Saya pikir sangat bermanfaat, karena Jambi hampir satu abad lebih tidak mempunyai Sultan. Saya sering memberikan kuliah ditanya mahasiswa dimana istana Sultan, padahal istana Sultan itu ada. Jadi manfaatnya cukup banyak, menjaga warisan sejarah, budaya, mengangkat marwah kita ini,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwasanya penobatan Sultan ini tidak perlu legitimasi dari pemerintah karena ini menurutnya bagian dari pelestarian budaya.
“Kita tidak perlu rekomendasi, karena ini pelestarian ini tidak ada SK dari pemerintah,”
Ia juga menambahkan bahwa Sultan ini tidak memiliki periodesasi. Jadi selama Sultan tersebut masih hidup maka tidak ada yang akan menggantikan posisinya.
“Kalo Sultan tidak mempunyai periodesasi selama sultan itu masih hidup kecuali sudah meninggal,” tutupnya.
(Meli/min)
Diskusi tentang inipost