AMPAR.ID – Pada moment HUT Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia, pada 16 Agustus 2020, PetroChina International Jabung Ltd. kembali menyalurkan paket solidaritas atau tali asih tahap kedua bagi keluarga pekerja yang terpapar Covid-19. Tali asih ini merupakan lanjutan dari bantuan tahap pertama, yang telah didistribusikan kepada keluarga pekerja yang terpapar Covid-19 pada 3-4 Agustus 2020.
Pada pendistribusian tahap kedua, paket bantuan yang diberikan kepada para keluarga pekerja yang terpapar Covid-19 berisikan kebutuhan pokok sehari-hari, buah-buahan, bumbu dapur, sabun mandi, deterjen, dan vitamin. Paket bantuan ini merupakan buah donasi solidaritas yang dihimpun para pekerja PetroChina untuk keluarga rekan kerjanya yang terpapar Covid-19.
Hal menarik dan istimewa dalam paket bantuan tali asih tahap kedua ini karena disertai secarik surat yang disampaikan oleh Arif Hari Suseno selaku Field Manager PetroChina International Jabung Ltd. yang ditujukan kepada para pekerja yang terpapar Covid-19 beserta keluarganya. Arif menyampaikan bahwa secara pribadi serta mewakili seluruh pekerja memberikan perhatian dan dukungan kepada pekerja yang terpapar beserta keluarganya agar tetap tenang, bersyukur, dan bersemangat menghadapi pandemi ini.
Melalui wawancara eksklusif bersama keluarga para pekerja PetroChina yang terpapar Covid-19, diantaranya ibu S yang merupakan istri dari pasien AF menuturkan, dirinya sangat tidak menyangka jika sang suami harus menelan pil pahit, karena terpapar virus yang menakutkan siapapun di dunia, yakni Covid-19.
“Bapak usianya masih 35 tahun, memang waktu itu kondisi Bapak drop, jadi memang saya nggak nyangka kalau itu memang corona. Jadi Bapak waktu itu cuma merasa pegel-pegel. Jadi saya kira waktu itu cuma karena jadwal kerjaan sudah mau off, tinggal 3 (tiga) hari lagi, jadi saya kira ya kecapekan. Seminggu setelah itu, minggu depannya kalau tidak salah, sekitar tanggal 18 atau 19 Juli keluar hasil swab dan Bapak dinyatakan positif. Ya gimana, pasti down. Dibilang takut ya mungkin takut, tapi lebih tenang karena kan pengetahuannya memang seperti itu, OTG (orang tanpa gejala) itu lebih banyak. Ketika Bapak positif, esok harinya kami juga langsung dirapid test, dan Alhamdulillah non reaktif. Habis itu kami langsung swab pertama dan dinyatakan negatif. Seminggu kemudian kami di swab lagi, dan dinyatakan negatif. Baru kami dibebaskan dari isolasi mandiri.” tutur ibu S.
Ketika ditanya mengenai stigma negatif dari orang lain, secara gamblang ibu S bercerita, “ Kalau ada orang yang nanya apa yang kamu rasakan dan pikirkan, ya yang saya rasakan itu soal anak yang menanyakan terus keadaan bapaknya. Terus saya kan punya usaha toko yang harus ditutup, karena kondisi lingkungan sosial sekitar dan tetangga yang kurang menerima. Kalau ditanya soal corona, bukan penyakitnya yang berat, tapi stigma dan pandangan orang lebih berat, karena nggak semua orang kan ngerti. Toko tutup kurang lebih 3 (tiga) minggu. Karena memang disuruh karantina, dan kami meliburkan karyawan. Jadi satu bulan toko kami tutup.”
Bantuan yang didistribusikan PetroChina International Jabung Ltd. di tengah kesulitan pada kondisi pandemi Covid-19 bagi keluarga pekerja yang terpapar pun menjadi sebuah kegembiraan tersendiri. Ibu S menuturkan, bantuan dari PetroChina telah diberikan untuk kedua kalinya kepada keluarga pekerja yang terpapar Covid-19.
“Bagi saya, tidak melihat jumlahnya dan apa yang diberikan. Tapi yang utama saya lihat disini, kami masih diperhatikan, itu aja. Apalagi pada bantuan yang kedua itu saya sampai bilang sama suami saya kalau ada suratnya. Surat itu menguatkan kami. Kami lebih tersentuhnya dengan surat itu, oh berarti kami masih diperhatikan. PetroChina kalau ke kami itu nggak pernah nelpon, tapi kalau ke Bapaknya komunikasi terus, kondisi kami keluarganya ditanyakan terus, nggak cuma kondisi Bapak aja.” ungkap ibu S.
Serupa juga dipaparkan oleh ibu M, yang juga merupakan istri dari pekerja PetroChina yang terpapar Covid-19 dengan inisial RD. Melalui wawancara eksklusif, ibu M menuturkan terkejut ketika sang suami telah dibawa ke Kota Jambi dan dinyatakan positif Covid-19. “Pas Bapak mau diangkat, kami memang mau ke Kota Jambi. Bapak itu dipanggil ke dalam (ke Plant BGP-PetroChina) untuk dirapid test, besoknya baru dijemput.” ungkap ibu M.
Hal yang sama mengenai stigma negatif pun turut dirasakan oleh ibu M beserta keluarganya. “Tiba-tiba berita heboh, adalah kami tertekan dari tetangga. Meskipun tetangga banyak yang juga masih keluarga, ya namanya virus, ada yang jadi menjauh, menghina, dan menyesalkan keberadaan kita. Gimana ya, tertekan lah, nggak bisa diungkapkan lagi,” ujarnya.
Diungkapkan oleh ibu M, dirinya beserta sang anak sudah sebulan lamanya masih bertahan di dalam rumah. “Pertama kali Bapak kena kami langsung nggak keluar. Langsung kami telepon ke kampung minta dikirimkan alat-alat masak, nggak lama kemudian ada bantuan dari PetroChina dan sampai sekarang sudah 2 (dua) kali dibantu, Alhamdulillah cukuplah.” ujar ibu M.
“Bersyukur sama Allah, berterima kasih juga sangat dalam kepada Petrochina yang udah ngurusin Bapak kami dengan baik, itu luar biasa. Bapak kami kan bukan karyawan tetap PetroChina tetapi kerja di kontraktornya, tapi Petrochina terus bantu. Alhamdulillah, terima kasih sama Petrochina, yang baik sama Ayah kami, keluarganya.”
Terkait secarik surat dari Field Manager PetroChina International Jabung Ltd., ibu M menuturkan sempat menangis karena terharu. “Iya, saya sempat nangis juga baca suratnya, terharu gimanalah itu. Merasa diperhatikan sekali kami, padahal bukan karyawan tetapnya. Suratnya masih disimpan, kemarin sudah dikirimkan WA (red: via WhatsApp) ke Ayah. Titip salam dan terima kasih untuk PetroChina.” tutup ibu M pada wawancara eksklusif ini. (*)
Diskusi tentang inipost