AMPAR.ID – Pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan lapangan usaha penopang kegiatan ekonomi di Provinsi Jambi. Kontribusi pertanian terhadap PDRB merupakan yang tertinggi dibandingkan lapangan usaha lainnya. Data terakhir menunjukkan share pertanian lebih dari 30 persen. Di posisi kedua ada lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Perannya hampir 20 persen. Disusul perdagangan dengan kontribusi sekitar 10 persen.
Jika dibedah lebih mendalam, share subsektor perkebunanlah yang paling dominan. Perkebunan berkontribusi lebih dari 20 persen. Disusul subsektor hortikultura yang berkontribusi 3 persen. Subsektor tanaman pangan ikut berkontribusi sekitar 1 persen.
Geliat subsektor perkebunan memang begitu terasa. Bila kita menyusuri wilayah Jambi tentunya mata kita akan dimanjakan dengan luasnya hamparan kebun kelapa sawit. Sesekali terlihat pula kebun karet. Dua komoditas ini merupakan komoditas utama perkebunan Jambi. Produksi kepala sawit pada 2021 sebesar 2,45 juta ton. Produksinya menempati angka terbesar ke-7 secara nasional setelah Riau, Kalteng, Kalbar, Sumut, Kaltim, dan Sumsel. Produksi karet berada pada posisi ke-3 nasional, di bawah Sumsel dan Sumut. Pada tahun 2021 produksinya mencapai 300 ribu ton.
BACA JUGA:
Pertanian merupakan kategori utama yang berperan penting pada perekonomian regional Jambi dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan data kondisi ketenagakerjaan periode Agustus 2021, pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti oleh penduduk Jambi. Hal ini menjadikan sektor ini menempati peringkat pertama dengan proporsi hampir 50 persen. Pada tahun 2021 sebanyak 45,89 persen penduduk Jambi memiliki pekerjaan utama di lapangan usaha pertanian. Pertanian adalah mata pencaharian mayoritas penduduk Provinsi Jambi.
Berdasarkan hasil SUTAS 2018, jumlah rumah tangga usaha pertanian (RTUP) terbanyak berada pada subsektor perkebunan. Terdapat lebih dari 400 ribu RTUP subsektor perkebunan di Jambi. Hal ini sejalan dengan peranan subsektor perkebunan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB. Selain itu, terdapat hampir 125 ribu RTUP subsektor tanaman pangan. Dan sekitar 100 ribuan RTUP subsektor peternakan.
Selain banyak menyerap tenaga kerja, lapangan usaha pertanian juga menggerakkan lapangan usaha lain dalam perekonomian nasional. Pada saat krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi. Nyatanya pertanian dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional.
Namun, dibalik peran pertanian yang begitu besar, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh pekerjanya. Mayoritas rumah tangga miskin adalah mereka yang berpenghasilan utama dari pertanian. Lebih dari 50 persen rumah tangga miskin merupakan rumah tangga pertanian. Bahkan, di wilayah perdesaan angkanya jauh lebih mengerikan. Hampir 70 persen rumah tangga miskin di perdesaan merupakan rumah tangga pertanian. Di wilayah perkotaan, sebanyak 40 persen rumah tangga miskin memiliki sumber penghasilan utama dari pertanian.
BACA JUGA:
Banyak faktor yang mempengaruhi status kemiskinan rumah tangga pertanian Provinsi Jambi. Salah satu faktornya adalah subsektor. RTUP subsektor perkebunan cenderung tidak miskin dibanding RTUP subsektor lainnya. NTP perkebunan paling tinggi dibanding NTP subsektor lainnya. NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2021 sebesar 134,86. RTUP subsektor perkebunan memiliki kenaikan pendapatan lebih besar daripada kenaikan pengeluaran sehingga mereka lebih sejahtera daripada RTUP subsektor lainnya.
Faktor lain seperti jumlah anggota rumah tangga (ART), pendidikan kepala rumah tangga (KRT), dan penguasaan lahan turut mempengaruhi status miskin RTUP. Semakin banyak jumlah ART, lebih tinggi peluang miskin. Pepetah banyak anak banyak rejeki sepertinya tidak sejalan dengan kondisi kesejahteraan RTUP. Semakin banyak jumlah ART maka pendapatan yang diperoleh rumah tangga didistribusikan kepada lebih banyak orang. Sehingga nilai perkapita nya semakin kecil. RTUP dengan jumlah art lebih banyak lebih cenderung lebih miskin. Pendidikan KRT juga berpengaruh, jika KRT nya berpendidikan SMP ke bawah maka mereka memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi rumah tangga miskin. Petani yang memiliki lahan sendiri cenderung lebih sejahtera. Dengan memiliki lahan, petani dapat mengurangi biaya produksi. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa lahan.
Pemerintah dapat menekan jumlah rumah tangga miskin pertanian dengan menggiatkan program wajib belajar. Semakin tinggi pendidikan petani diharapakan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Program keluarga berencana dapat digalakkan untuk mengontrol kelahiran. Selain itu, kemudahan akses kredit ringan bagi petani juga bermanfaat. Sehingga mereka dapat memiliki lahan dan sarana pertanian lainnya. Semoga petani-petani kita dapat hidup sejahtera dan terbebas dari belenggu kemiskinan.
(jp/jp)
Diskusi tentang inipost