Oleh: M Farisi, Pengamat Politik Jambi
AMPAR.ID – Jelang kontestasi pilkada serentak 9 Desember 2020 Untuk Pilgub Jambi sejumlah kandidat Bacagub dan Bacawagub adu kuat saling sikut untuk meraup dukungan partai, salah satunya mencari celah mendapatkan dukungan PDI-P parpol boyongan Megawati itu menjadi pemenang pemilu 2019 yang menghangatkan Jokowi menuju RI 1, dan ketua DPRD Edi Purwanto menuju ketua DPRD provinsi Jambi.
***
PDI-P yang kini hangat dibincangkan itu mendapat banyak respon dari masyarakat, salah satunya Dari Kecamata Pengamat Politik Jambi Yang Juga Akademisi UNJA, M Fairisi, menurutnya PDI-P yang sedari dulu dikenal setia kader itu kini mulai goyah.
“Secara umum parpol spesial PDI-P biasanya dominan mengusung kader, kalau perkembangan hari ini menunjukkan belum matangnya demokrasi di Indonesia.”kata M Farisi, kepada ampar.id belum lama ini
Lanjut Farisi, Ini membuktikan sistem kaderisasi tidak berjalan Maksimal, kemudian menunjukkan tidak ada proses demokrasi, yang ada sekarang parpol di tanya, apa kriteria yang menentukan dukungan? Jawabnya hasil survei, dan lebar bola, terserah pusat ..
“Fungsi kaderisasi, harus mencari kader yang potensial, gimana nasib kader murni yang berjuang berdarah di awal dan potensial tapi tidak diusung”.tukuknya
Terus apa fungsinya dibawah, DPW, DPD, jadi pendaftaran kemarin hanya formalitas saja? jadi sesunggah perang lobi DPP lah jadi penentu, jadi bukan lagi demokrasi yang ideal
“demokrasi yang ideal itu semua tidak ada. Masak belajar trus..dak pintar-pintar.”sebutnya
Pengamat politik itu kembali berucap, Sangat disanyangkan sekelas PDI-P punya kader potensial seperti Edi Purwanto ketua DPW dan ketua DPRD Provinsi Jambi, Safrial Bupati Tanjung Jabung Barat yang juga memenangkan suara PDIP diwilayahnya, dan Abdullah Sani Mantan wakil walikota Jambi secara ketokohan sudah punya nama.
Mekanisme seleksi pun dipertanyakan?
Kita pertanyakan, mekanisme seleksi tu gmana sih? Wajar terjadi seperti ini..karena tidak diatur
Berbincang regulasi…Itu di atur dalam UU partai politik tahun 2008 digantin 2011 tentang seleksi calon kepala daerah.
“Bunyinya.., dilakukan secara demokratis sesuai ADART partai, tidak ada aturan pemerintah, Mendagri menterjemahkan seleksi itu, terserah paratai.”Yang terjadi hari ini seleski tertutup, terserah DPP”.katanya berbicara regulasi
Edi tidak ada greget untuk maju dari awal?
Itu partai penguasa loh?…
Iya mengatakan, menyimak dari sejumlah pernyataan Edi Purwanto dimedia massa balakangan ini menyebut iya belum niat maju.”Namu jika DPP minta, iya bisa apa.”begitu lah pernyataan Edi dan bisa kita cerna sendiri maknanya
Jika Edi tidak maju maka sangat di sayangkan PDIP tidak mendorong kader partai. Maka loyalitas partai pun dipertanyakan
“Jangan hanya mengejar kekuasaan, Proses kader harus dijalan kan, minimal ada kader di posisi wakil”.ucapnya
Siapa yang biasa lobi DPP itu lah yang di usung, semua serba politik (red).Siapa yang bisa meyakinkan DPP, itu yang di usung …
“Mekanisme seleksi secara demokratis tidak berjalan Maksimal, dan tertutup, enlitis dan rawan money politik bakal dipertaruhkan”. tutupnya.
Disinggungnya, jika benar PDIP Tinggalkan kader dan selingkuh (red) usung diluar kader, maka diprediksi PDI-P akan goyah dan pecah ditingkat DPW, DPD, DPC. “Kader bergejolak, maka akan ada perang dingin diinternal partai”
Sebelumnya..,
Kabar PDI-P mengerucut ke CE-RATU mualai terjawab, Tak hanya itu nama Ratu Munawaroh disebut akan berpindah parpol dari PAN ke PDI-P demi meraup restu dari PDI-P asalkan bisa diusung di Pilgub Jambi berkoalisi dengan Partai Golkar.
Bahkan, CE-Ratu bertemu sekjend DPP PDI-P Hasto Kristiyanto Beberapa hari lalu, sekaligus mempertegas isu-isu yang berkembang selama ini.
Meneropong pertemuan itu, Safrial Bupati Tanjung Jabung Barat (Tanjabar) dua periode yang juga kader potensial PDIP, meresponnya semua keputusan ada di DPP dan itu terserah PDI-P.
“Kader murni PDIP tidak kalah kualitas dengan pendatang baru, itu terserah PDIP”.kata safrial, saat dikonfirmasi Ampar.id, Jum’at malam, (3/7)
“apakah sekelas partai pemenang mau melacurkan diri, kita lihat saja.”kata Safrial
Seyogyanya kata safrial, berpolitik harus melihat dan beretika, jangan sedikit-sedikit melihat orang dengan materi atau uang. “Politik juga harus beretika, jangan mengukur orang dengn uang, jangan jadi politikus yang tidak cerdas.”.tegasnya. (*)
Juanda Prayetno
Diskusi tentang inipost