AMPAR.ID, JAMBI – Wenny Ira Reverawati, Penerima Apresiasi Tingkat Provinsi 2021 atas gagasannya melakukan pemberdayaan wanita desa lewat daur ulang sampah menghantarkannya sebagai penerima Pengahargaan Indonesia SATU dari Astra. Perempuan kelahiran desa Pematang Kancil, Kabupaten Merangin, Jambi itu kini cukup dikenal publik nama nya.
Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan di bantara sungai Batanghari dan sering menimmbulkan banjir, Kata Wenny, disebabkan banyak faktor diantaranya kebiasaan yang melekat dan minimnya edukasi hingga ke tingkat desa.
“Modal utamnya adalah edukasi sejak dini kepada anak-anak bangsa, menjadi corong perubahan perilaku masyarakat terkait sampah”, ujar Wenny Ira Reverawati dalam zoom metting bersama awak media di Jambi yang diinisiasi tim ASRA, Selasa (8/8/2023).
Selain itu, patron atau tauladan yang menjadi contoh ditengah masyarakat menjadi penting.
BACA JUGA:
“misalnya pejabat desa dan tokoh masyarakat yang memberikan contoh tauladan sehingga bisa dituru, tidak membuang sampah sembarangan, ini juga menjadi peting sekali, dan desa juga harus punya perdes soal sampah,” tegasnya.
Bukan hanya itu, lanjut Perempuan hebat asal Jambi ini, lemah penegakan peraturan pemerintah soal sampah membuat masyarakat jadi lengah.
“pemerintah harus punya program berkesinambungan,” sebutnya lagi.
Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak
Sekolah Bank Sampah menghantarkan Wenny penjadi penerima Pengahargaan Indonesia SATU dari Astra Indonesia pada 2021.
Berangkat dari kegelisahan masyarakat terkait sampah, Diceritakan Wenny, Ia membentuk Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak adalah perjalanan panjang. Hampir dua tahun Wenny memperjuangkannya demi kemajuan kaum perempuan desa ini. Diawali dari observasi pada awal 2015 hingga akhirnya lahir legalitas resmi pada November 2016.
Kerja kerasnya terbayar dengan melihat konsistensi semangat para perempuan mengembangkan Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak untuk menjadi lebih besar dari hari ke hari.
BACA JUGA:
“Sekolah alternatif bukan formal, pada 2016-2017 pendampingan saya membentuk struktur organiasasi kemudian membentuk kurikulum dan administrasi terkait sekolah. Dibentuk ada kepala sekolah dan guru, syarat orang masuk ke sekolah itu tidak membayar, cukup datang bawa sampah dan lebih dominanan nya perempuan,” ujarnya
Kurikulum nya, sebut Wenny, setiap hari senin dari pukul 14.00 – 17.00 WIB di rumah salah satu guru sekolah disitu mengembangkan daur ulang sampah lebih fokusnya prodak daur ulang plastik dan koran.
“produknya kalung, manik-manik, gelang, kotak tisu, tasbih dan lainnya,”jelasnya.
Wenny kini memang sudah tidak lagi terlibat secara langsung di Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak sejak 2020 ia lebih mengembangkan jejaring keluar pemerintah dan perguruan tinggi. Sesuai aturan dalam program pengabdian masyarakat, pendampingan berlangsung selama tiga hingga empat tahun. Namun semangat yang ia tanamkan pada perempuan-perempuan desa akan tetap mengalir. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti, akan lahir Wenny baru dari anak-anak perempuan desa Penyengat Olak.
Untuk diketahui, Produksi sampah di Kota Jambi didapat dari berbagai sumber, rata-rata volume sampah mencapai 330 hingga 350 ton per-hari. Besarnya jumlah penduduk, serta keterbatasan TPS dan tingginya tingkat konsumsi mengakibatkan bertumpuknya sampah di beberapa TPS di Kota Jambi.
BACA JUGA:
“volume sampah saat ini di Kota Jambi setiap harinya berkisar kurang lebih 330 hingga 350 ton perhari. Ini berdasarkan laporan dari para petugas kebersihan di lapangan serta dari data TPA Talang Gula,” Ujar Kabid Pengelolaan Sampah Kiki, belum lama ini.
Terkait dengan jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, Kata Kiki, pembuangan sampah sepanjang tahun 2022 ada 14 pelanggaran. “pelanggaran berupa buang sampah tidak pada waktunya dan kedapatan buang sampah material melebihi kapasitas 2 kubik. Sehingga membuat TPS langsung penuh,”tutupnya.
(Juanda/Min)
Diskusi tentang inipost