AMPAR.ID, JAMBI – Revolusi Industri 4.0, yang ditandai dengan perkembangan pesat dalam teknologi digital, kecerdasan buatan, dan otomasi, membawa perubahan signifikan di berbagai sektor. Namun, seperti halnya setiap revolusi industri sebelumnya, perubahan ini tidak datang tanpa tantangan, terutama bagi tenaga kerja.
Teknologi baru memungkinkan peningkatan efisiensi dan produktivitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Robot dan sistem otomatis dapat melakukan tugas-tugas berulang dengan kecepatan dan akurasi yang jauh melampaui kemampuan manusia.
Namun, penerapan teknologi ini juga memicu kekhawatiran tentang pengurangan kebutuhan akan tenaga kerja manusia dalam beberapa industri. Pekerjaan yang bersifat rutin dan manual berisiko tinggi untuk digantikan oleh mesin.
Tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan digital yang memadai akan menghadapi kesulitan besar dalam beradaptasi dengan perubahan ini. Oleh karena itu, investasi dalam pelatihan dan pendidikan menjadi sangat penting.
Pekerja perlu dibekali dengan keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini. Keterampilan dalam bidang teknologi informasi, analisis data, dan pemahaman dasar tentang kecerdasan buatan menjadi semakin penting.
Selain itu, ada kebutuhan mendesak untuk menciptakan kerangka regulasi yang mendukung transisi ini. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang terdampak mendapatkan dukungan yang diperlukan, seperti program pelatihan ulang dan bantuan penempatan kerja.
Di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 juga membuka peluang baru. Pekerjaan-pekerjaan baru yang sebelumnya tidak terbayangkan kini muncul, terutama di sektor teknologi tinggi. Start-up dan perusahaan inovatif sedang mencari individu yang mampu mengembangkan solusi kreatif dan teknologi baru. Dalam jangka panjang, Revolusi Industri 4.0 dapat menciptakan ekosistem kerja yang lebih dinamis dan beragam.
Dalam menghadapi tantangan ini, adaptabilitas menjadi kunci. Individu, perusahaan, dan pemerintah harus bersikap proaktif dalam mengantisipasi perubahan.
Dengan pendekatan yang tepat, Revolusi Industri 4.0 dapat menjadi pendorong kemajuan ekonomi dan sosial, bukan ancaman bagi tenaga kerja. Kuncinya adalah kolaborasi dan komitmen untuk menciptakan masa depan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
Revolusi Industri 4.0 telah berlangsung dan mempengaruhi cara hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan sesama. Dalam skala, cakupan, dan kompleksitas, revolusi ini mengakibatkan transformasi yang berbeda dengan revolusi-revolusi sebelumnya. Perubahan besar ini terjadi ketika teknologi informasi diterapkan pada semua industri.
Di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 juga memberikan dampak positif bagi tenaga kerja. Salah satunya meningkatkan kualifikasi kompetensi pekerja. Revolusi industri 4.0 menuntut tenaga kerja memiliki kompetensi luas seputar teknologi informasi dan analisis data.
Dampak krisis yang dialami sektor ketenagakerjaan dapat terlihat jelas dari penurunan rasio penduduk bekerja terhadap jumlah penduduk usia kerja.
Berdasarkan data dari BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di akhir tahun 2020 mencapai 9,77 juta orang. Namun, pada awal tahun 2021 tercatat adanya penurunan angka pengangguran terbuka yaitu menjadi 8,75 juta orang. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya perbaikan walaupun belum sepenuhnya pulih.
Memasuki era industri 4.0 berarti menghadapi kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang menghasilkan potensi disruptive sehingga berdampak besar kepada model bisnis dan pengelolaan industri mulai dari proses produksi sampai dengan dengan distribusi barang ke konsumen.
Untuk menghadapi era industri 4.0, perlu dikaji 6 komponen Driver Production yang meliputi kesiapan teknologi dan inovasi, sumber daya manusia, perdagangan dan investasi global, framework institutional, sustainable resources dan kondisi permintaan.
Hal lain yang menjadi perhatian seluruh pihak khususnya para pemangku kepentingan di sektor pendidikan adalah mengupayakan terciptanya grand design arah pengembangan pendidikan kedepannya.
Selain itu, dibutuhkan langkah kolaboratif untuk memenuhi proyeksi kebutuhan tenaga kerja dimasa mendatang.
Salah satu keuntungan utama dari industri 4.0 yaitu dengan adanya konektivitas yang lebih besar, terutama melalui Internet of Things (IoT).
Dengan konektivitas yang lebih luas, perusahaan dapat memantau dan mengoptimalkan sistem produksi mereka secara real-time, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, teknologi seperti big data dan artificial intelligence juga dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan yang lebih tepat dan efektif.
Perkembangan industri 4.0 juga dapat membawa dampak sosial dan lingkungan yang signifikan. Meskipun teknologi dapat membantu mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi energi, penggunaan teknologi ini juga dapat menghasilkan limbah elektronik yang berbahaya dan menghabiskan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Selain itu, adopsi teknologi juga dapat mempengaruhi lapangan kerja tradisional dan menghasilkan ketidakpastian di kalangan tenaga kerja.
Hal yang tidak kalah penting untuk diingat adalah bahwa perkembangan industri 4.0 juga memerlukan kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat.
Perusahaan harus memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat dalam mengembangkan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, bukan hanya mengoptimalkan keuntungan semata.
Pemerintah juga perlu berperan dalam menciptakan regulasi yang memastikan adopsi teknologi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Di sisi lain, masyarakat juga harus memahami dan mengikuti perkembangan teknologi untuk dapat memanfaatkannya secara bijak.
Diskusi tentang inipost