AMPAR.ID – Nama Raden Mattaher sampai sekarang sudah tidak asing ditelinga masyarakat Jambi. Sebagai panglima perang, ia mempunyai peran yang sentral dalam menumpas penjajah Belanda pada masa kolonial di wilayah Jambi.
Meski sudah dikenal sebagai sosok pejuang, nama Raden Mattaher belum diakui sebagai pahlawan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah setempat dengan mengabadikan Raden Mattaher menjadi nama rumah sakit umum, termasuk juga mengusulkan supaya ditetapkan pahlawan nasional bersanding dengan nama Sultan Thaha Saifuddin.
Terlepas belum ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Peran perjuangan Raden Mattaher yang bahu-membahu bersama warga dalam mengusir penjajah perlu terus dikenang nilai-nilai dan tanda jasanya.
Sosoknya dengan segudang taktik gerilya, Raden Mattaher mampu menggempur serdadu Belanda. Oleh prajurit dan masyarakatnya dimasa itu, ia mendapat gelar Singo Kumpeh. Julukan itu diberikan karena keberingasannya layaknya singa dalam menumpas penjajah.
Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi, Irhas Fansuri menjelaskan, saat melawan penjajahan Belanda, Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang. Ia membentuk kantong-kantong dan barisan pertahanan serta barisan perlawanan yang bergerak di terotirial dari Muaro Tembesi sampai ke Muaro Kumpeh.
“Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personil, obat medis dan amunisinya,” kata Irhas kepada Liputan6.com, Kamis (7/11/19) yang lalu.
Berkat taktik perangnya yang memfokuskan pada pola menyerang kapal yang bermuatan personil tentara dan amunisinya itu, Raden Mattaher paling ditakuti oleh tentara Belanda. Pada tahun 1858 Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi.
“Peristiwa (penenggalaman kapal) itulah menjadi tonggak sejarah dan membuatnya digelari sebagai Singo Kumpeh,” ujar Irhas.
Sementara itu, Indonesiana sebuah platform kebudayaan milik Kemendikbud menulis, dalam silsilah Raden Mattaher bin Raden Kusen gelar Pangeran Jayoninggrat bin Pangeran Adi bin Raden Mochamad gelar Sultan Mochammad Fachruddin lahir di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, Jambi. Ia lahir tahun 1871 dari pasangan Pangeran Kusin dan Ratumas Esa (Ratumas Tija).
Ibu Raden Mattaher kelahiran Mentawak, Air Hitam Pauh yang dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato. Dia merupakan cucu Sultan Taha Syaifuddin, pahlawan nasional dari Jambi. Hubungannya adalah ayah Raden Mattaher bernama Pangeran Kusin adalah anak Pangeran Adi, saudara kandung Sultan Taha Syaifudin.
Dalam litearur lisan secara turun temurun di masyarakat, Irhas menyebut, perjuangan Raden Mattaher berakhir pada 10 September 1907. Ia ditembak mati di rumahnya sendiri dalam sebuah operasi militer Belanda.
Kemudian jasad Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Kota Jambi. Selain itu jari kelingking Raden Mattaher juga dimakamkan di sebuah desa di Muaro Jambi.
“Setelah Raden Mattaher gugur, perjuangannya diteruskan oleh siapa?. Sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti. Tapi yang jelas ada nilai-nilai dan teladan uang terkandung dalam jiwa kepahlawanan dari seorang Raden Mattaher,” kata Irhas.
Di usianya yang sudah memasuki 80 an, Datuk Ramli merasa sekarang ini hatinya damai dan tenteram dalam menekuni kesehariannya sebagai kuncen atau penjaga makam raja-raja Jambi.
Datuk Ramli (80) Sang Penjaga Makam Radhen Mattaher?
Berikut Laporan perjalanan Sejarah Jejak Jambi Ampar.id, Minggu 9 Agustus 2020 di Situs Makam Raja-raja Jambi di Danau Sipin.
Diantara Raja Jambi yang dimakamkan disana ada Raden Mattaher, ada Raja Abdullah bin Pangeran Diponegoro, ada Raden Ini Kertapati dan sederet raja-raja keturunan Sultan Thaha.
Meski keadaan makam terlihat bersih, tak ada sampah di sekitar makam, namun dirasa sangat perlu adanya penataan dan taman hias di sekitarnya, sementara yang terlihat saat ini, sederet papan merek milik pemerintah Kota Jambi bertabur disepanjang halaman muka makam.
Tak kurang dari 7 buah papan merk terpajang dengan logo SKPD yang sama. Belum lagi area di sekitar makam yang sama sekali tak tersentuh oleh jiwa artistik, tapi dibiarkan begitu saja. Sangat beda jika kita bandingkan dengan makam raja-raja yang dapat kita lihat di tanah Jawa.
“Saya tugasnya menjaga dan membersihkan makam, tidak boleh ada yg masuk untuk hal-hal yang ganjil, mengotori, dan mengambil atau memindahkan sesuatu dari dalam area makam. Soal banyaknya papan merk disini, itu diluar kewenangan saya,” tutur Datuk Ramli, sang penjaga makam.
Ziarah kubur menurut islam hanyalah salah satu sarana agar seorang Muslim selalu beriman dan mengingat kematian. Dengan ziarah kubur, umat islam akan mengingat bahwa kematian itu nyata.
Ziarah kubur merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan dalam islam, apalagi makam orangtua sendiri.(DR)
Diskusi tentang inipost