Senin, 8 Maret 2021
  • Tentang Kami
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Perlindungan Wartawan
  • Redaksi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Aktual dan Terkini
  • ADVERTORIAL
  • BERITA
    • DUNIA
    • NASIONAL
    • DAERAH
      • BATANGHARI
      • BUNGO
      • KERINCI
      • KOTA JAMBI
      • MERANGIN
      • MUARO JAMBI
      • SAROLANGUN
      • SUNGAIPENUH
      • TANJAB BARAT
      • TANJAB TIMUR
      • TEBO
    • KABAR DESA
  • BISNIS
  • GAYA HIDUP
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • MILENIAL
    • OLAHRAGA
    • RELIGI
  • HIBURAN
  • HUKUM
  • OPINI
  • OTOMOTIF
  • PEMERINTAHAN
  • PENDIDIKAN
    • SASTRA
    • SEJARAH
  • POLITIK
Aktual dan Terkini
ADVERTORIAL BERITA DUNIA NASIONAL DAERAH BATANGHARI BUNGO KERINCI KOTA JAMBI MERANGIN MUARO JAMBI SAROLANGUN SUNGAIPENUH TANJABBAR TANJABTIM TEBO KABAR DESA BISNIS GAYA HIDUP KESEHATAN KULINER MILENIAL OLAHRAGA RELIGI HIBURAN HUKUM OPINI OTOMOTIF PEMERINTAHAN PENDIDIKAN SASTRA SEJARAH POLITIK

Ketika Ulama Berpuisi: Beralih Profesi?

Editor Juanda Prayetno
Sabtu, 2 Januari 2021
di OPINI
ILUSTRASI - Ulama. (Foto: NU Online/Jawa Pos)

ILUSTRASI - Ulama. (Foto: NU Online/Jawa Pos)

ShareTweetSendSendText

Oleh: Adrianus Chaththib
(Gubes dan Ketua Senat UIN STS Jambi)

AMPAR.ID, JAMBI – I. Preumble/Pra Kata Ulama adalah sosok manusia langka; tidak terlalu cinta dunia di ketika umat binaannya sengsara. Sengsara jasmani menurut mereka belum seberapa; akan tetapi tertekan dan terhina batinnya adalah siksaan ruhani yang tiada tara. Terkelupas kulit mencari nafkah soal biasa; lain halnya ketika dicampakkan agamanya sebagai soko guru panutannya, mereka akan sangat menderita. Apalagi kalau kedua-duanya sekaligus dialami ulama, jiwa dan raganya terbebani duka, maka keduanya berontak; tapi apa bisa? Mereka hanya punya seutas firmanNya dan seulas sabda rasulNya.

Bacajuga

Bantah Dukung Moeldoko, Nasdem: Demokrat Hanya Satu Di Bawah Kepemimpinan AHY

Ngeri… Istri Mantan Bupati Ancam Wartawan “MATI” Saat Peliputan Inventarisasi Aset Pemkab

Jadilah mereka “ bak jatuh ketimpa tangga”. Bukankah double sakitnya? Inilah masalahnya; di dunia menderita dan di akherat nanti akan mendapat siksa pula, karena abai terhadap penista agama dan meninjak-injak firmanNya: (ومن يبتغ غير الاسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخا سرين ( /barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama , maka Dia tidak akan menerimanya; sementara, mereka di akherat nanti menjadi orang yang merugi ( QS, 3 : 85) dan tidak mengindahkan sabda rasulNya: من وراء منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه ذللك اضعف الايمان ; / barang siapa yang melihat kemunkaran, hendaklah ia merubahnya dengan kekuasaannya; bila tidak bisa maka rubahlah dengan ceramah; bila juga tak sanggup, maka upayakan dengan sentuhan hati ; itu upaya minimal. Inilah masalah keduanya yang penuh tanda tanya. Artinya, 2 malapetaka umat dan 2 beban berat tersandang di pundak ulama adalah menarik diurai dan dicari solusinya. Justeru, ikuti paparan berikut ini.

II. Ada apa itu ? atau apa ada itu?
Pertanyaan ini menggelitik di sa’at manusia berlomba mencari dunia, menumpuk harta, memburu kekuasaan; mengenyampingkan keadilan dan bersembunyi di balik ketamakan ; tetapi tetap saja menyuarakan: ‘tegakan keadilan, entaskan kemiskinan dengan merujuk tampak serius di mulut – entahlah di hati – tuntutan UUD 1945: orang miskin dan terlantar dipelihara negara, dan slogan-slogan lain yang ambivalen antara teori dan implementasi. Inilah agaknya yang menjadi kerisauan ulama, maka pertanyaan apa itu ada di negeri yang dipayungi Alqur’an dalam beragama dengan berpanji Pancasila dan UUD ’45 dalam bernegara? Menjawabnya, tidak semudah membuat pertanyaannya. Selanjutnya, pertanyaan: itu ada apa? Lebih sulit lagi menjawabnya. Sulitnya terletak bukan pada asal jawab; akan tetapi jawabannya diiyakan oleh kelompok ini dan dibantah oleh kelompok itu. Makanya data dan fakta empirik diperlukan, di samping kata hati berdasarkan pandangan mata seharian, juga tidak bisa dibohongi.

Dalam hal ini, ulama dengan kesehariannya selalu mata, telinga mereka melihat dan mendengar ‘teriakan anak bangsa yang meratap’ dan sebaliknya, ‘sorak-sorai yang beruntung’ hidup di dunia. Mereka yang terlunta—lunta, jangankan menyekolahkan putera puterinya, untuk dikonsumsi saja ada seadanya, bahasa halus agar tidak mengatakan tidak ada. Pemandangan harian ulama ini yang menyintuh hati mereka untuk buka mulut , bicara lewat ceramah agama yang kadang-kadang menyeruak ke panggung pemerintah. Ketika keseruduk ke sesuatu yang sensitif, maka ruang pemerintah di satu pihak dan ruang publik di pihak lain memanas, apalagi ketika pro kontra dipanas-panasi. Jadilah ia membara.

Ulama, sesuai dengan predikatnya mempunyai tanggung jawab moral dalam menasehati ketimpangan yang tampak di masyarakat berdasarkan fatwa dan himbauan moral sebagai preventifnya. Karena ulama sampai hari ini masih inginnya preventif yang dikedepankan, ketimbang kuratif yang final dalam penyelesaian, akan tetapi belum tentu memuaskan bagi yang menekan apalagi yang tertekan.

III. Ulama Berpuisi
Jeritan hati, biasanya diutarakan dengan bermacam cara. Ulama menempuh jalan dakwah via ceramah, karena tujuan agama menuntut supaya ada yang berprofesi sebagai da’i. ولتكن منكم أمة يدعون الي الخير تاءمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر… / agar ada diantaramu yang berprofesi sebagai da’i yang berceramah bagaimana umat ini berbuat baik dan menghindari keonaran dengan bijaksana atau dengan metoda ceramah yang soft, dan dengan diskusi yang saling menghormati sesuai tutunan Allah: ادعوا الي سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن…/Ceramahilah orang-orang agar berpegang pada agama yang benar dengan metoda ‘hikmah’ atau dengan metoda ceramah yang mencerdaskan atau dengan metode diskusi yang sehat.

Nah, keluarnya ulama dari habitatnya, tentulah ada penyebabnya. Di kala taushiyahnya bertabrakan dengan kondisi dan situasi yang melingkupinya bersebrangan dengan kenyataan, maka unjuk lidah dan lisannya via ceramah sudah tumpul dan palunya tidak berdentang lagi, ada diantara mereka naik panggung menghunjamkan ketajaman kata-kata yang penuh makna dan rasa yang ditujukan kepada siapa saja audiensnya, penguasa atau rakyat biasa.

Biasanya yang tersinggung adalah ‘raja’, karena ‘tongkatnya’ tersentuh dan diraba. Bukan rabaan biasa; tapi rabaan yang menyentuh pusaran dan pasarnya. Raja yang ‘arif akan menganggukan kepala, bila iya. Sebaliknya, ia tertawa geli karena nasehat itu bisa saja dari bawah, bukan dari orang yang di sekitarnya yang selalu memuja yang tiada hari tanpa sanjungan. Inilah pesan ikhlas dari surat al-Ikhlash: والعصر….ان الانسان لفي خسر الا…..وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر dan di ayat lain dinyatakan agar berdakwah lebih elegan: وتواصوا بالمرحمة .

Dengan demikian, ulama berpuisi bukan mencari panggung baru dan keluar dari prinsip keulamaannya. Lebih tepat dikatakan sebagai memenuhi undangan Allah/agama melalui jeritan hati. Maka mereka kuak tabir yang penuh histeri dan misteri dengan puisi, agar penguasa dan rakyat secara bersama jangan hanya berteori. Tidak percaya, coba nikmati yang ini. Gus Mus dengan tema: “ ha ha hi hi” dan “negeri amplop”; ZMZ dengan tema: “sama di mata hukum”, Prof.MMD dengan tema “ tdk tumpul ke atas; tajam ke bawah”. Semuanya itu hanyalah contoh untuk diambil refleksitasnya sebagai pelajaran berharga.

IV. Siapa yang Budeg?
Sudah sebegitu rusakkah bangsa kita? Sulit menjawabnya untuk mengatakan iya atau tidak. Yang jelas banyak ulama yang turun gunung dengan memberikan puisinya yang puitis untuk tegur sapa ditujukan ke segala lapisan dan bagi semua kelas dan lini. Ukuran benar atau salah hanya sederhana saja. Bila mendengar puisi tersebut memerah wajahnya, tentulah ada tanda-tanda iya. Bila tidak, tentulah ada tanda-tanda tidak. Sekalipun banyak udang di balik batu; banyak orang berkepala batu, sindir Gus Mus, tidak mengherankan di dunia politik.

V. Kesimpulan
Ulama ya ulama sudah ada ukurannya. Da’i ya da’i sudah ada pula syarat subjek dan obyeknya.
Adanya ulama yang puitis bukanlah anak zaman baru. Dalam sejarah, ulama yang puitis telah ada sejak dulu. Ingatkah kita dengan nama populis sebagai berikut: Amir Hamzah, Abu Nuwas, Rabi’ah al-alawiyah, Musthafa Luthfi al-Mamfaluthi. Di negeri kita, Prof. DR. HAMKA adalah contoh yg mengkombinasikan dwi predikat, ulama dan sastrawan. Jangan lupa pula di abad yang lalu bahwa Ali Bin Thalib sendiri dengan karya monumetalnya : Nahju al-Balaghah yang belum tersaingi sampai sekarang, baik isi maupun puisinya telah mengantarkan Imam Besar Ali Bin Abi Thalib menjadi ulama besar sekaligus sastrawan agung. Allah a’lam. (*/)

Kata kunci: berita JambiProvinsi JambiUIN JambiUlama

TerkaitBerita

OPINI

Mafia Tanah, Fenomena Gunung Es Yang Makin Menjadi

Editor Juanda Prayetno
Minggu, 21 Februari 2021
BERITA

Rekonsiliasi Pasca Pilkada Jambi

Editor Juanda Prayetno
Jumat, 19 Februari 2021
OPINI

Para Penggaung ‘Buzzer’ di Media Sosial Yang Tak Ramah

Editor Juanda Prayetno
Senin, 15 Februari 2021
OPINI

Tulisan Aku, Ya Kata Aku: Silaturahmi Tanpa Batas

Editor Juanda Prayetno
Sabtu, 2 Januari 2021
OPINI

Momentum Politik Sang Jenderal

Editor Juanda Prayetno
Selasa, 22 Desember 2020
OPINI

Negeri Para Bedebah

Editor Juanda Prayetno
Selasa, 22 Desember 2020
Muat lebih banyak

Diskusi tentang inipost

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Populer
  • Komentar
  • Terbaru

Breaking News: 5 Petugas Medis RSUD Jambi Terpapar Pasien Positif Corona

Kamis, 26 Maret 2020

WFH Dicabut! 5 Juni ASN dan PTT Pemprov Jambi Wajib Kerja

Rabu, 3 Juni 2020

Heboh Foto Syur Mirip Nagita Slavina Dengan Varrell Bramasta, Pakar Telematika Ungkap Hal Ini

Kamis, 17 Desember 2020

Wadidaw! Viral di Facebook Adik Cek Endra Diduga Ingin Manipulasi Data Suara Pilih

Sabtu, 12 Desember 2020

3 Mahasiswi Cantik UIN Jambi Ditemukan Selamat, Semuanya Berhijab

Rabu, 17 Februari 2021

News! Walikota Jambi Sy Fasha Positif Covid-19

Minggu, 13 September 2020

Romi Tumbang Pra Tes Narkotika, BNNP: Paslon Terindikasi Lanjut Tes Rambut 

Rabu, 9 September 2020

Breaking News: Total 2 Warga Jambi Positif Corona

Senin, 30 Maret 2020

RSUD Mattaher Polisikan Iin Habibi, Direktur Diduga Tumbalkan Bawahannya

Jumat, 12 Juni 2020
As'ad Isma, Pengamat Politik

Pengamat: Mundurnya Sani, Menjadi Signal Keterpecahan PDIP

Sabtu, 29 Agustus 2020
ilustrasi

Diduga Gangguan Jiwa, Seorang Pria di Kota Jambi Tewas Gantung Diri

0

Miris, Jenazah Tertahan Satu Minggu Menunggu Hasil Swab, Pihak RS Islam Arafah Jambi Bungkam

0

Bakar Semangat, Begini Cara Nakes Hibur Pasien Rumah Isolasi OTG

0
Foto/Istimewa

Cerita Pasien Isolasi Covid-19 Terpenjara Dikamar ‘Wiro Sableng’

0

Intervensi Birokrasi UNJA Ancam Demokrasi Mahasiswa, Polemik UKT 3,76 M

0

400 PKL dan Masyarakat di Lokasi CFD Gubernuran Jambi di-Rapid Test, Hasilnya 

0

‘Salam Ala Corona’ Fachrori Sambut Kajati Baru, PR Besar Menanti?

0

Cuaca Ekstrem, Septic Tank Terpadu Ambruk Menimpa Rumah Warga 

0

Gubernur Hadiri Rakornas Penanggulangan Bencana 2020 Bersama Presiden RI

0

Bantah Dukung Moeldoko, Nasdem: Demokrat Hanya Satu Di Bawah Kepemimpinan AHY

0

Bantah Dukung Moeldoko, Nasdem: Demokrat Hanya Satu Di Bawah Kepemimpinan AHY

Senin, 8 Maret 2021

Ngeri… Istri Mantan Bupati Ancam Wartawan “MATI” Saat Peliputan Inventarisasi Aset Pemkab

Senin, 8 Maret 2021

Gerindra Akhirnya Bersuara Lantang: Moeldoko Rendahan Tidak Punya Malu, Bikin Malu Bapak!

Senin, 8 Maret 2021

Mahasiswa Masuk Kategori Vaksinasi Masyarakat Umum

Senin, 8 Maret 2021
ilustrasi/ist.net

Deretan Zodiak yang Terkenal Paling Kejam, Jangan Ditiru

Senin, 8 Maret 2021
Cecp Suryana/Ist.net

FPTI Jambi Targetkan Emas di PON XX/Papua, Sentil KONI Jambi Soal Ini

Senin, 8 Maret 2021

Tangis Duka Pecah di OKU, 10 Hari Usai Dilantik Bupati Meninggal Akibat COVID-19

Senin, 8 Maret 2021

Mau Datangi Kemenkumham dan KPU, Ratusan Kader dan Simpatisan Padati Kantor DPP Partai Demokrat

Senin, 8 Maret 2021

Sekda Tanjab Timur Sambut Kunker Pjs Gubernur Jambi

Minggu, 7 Maret 2021

Berkumpul di Jakarta, 34 Ketua DPD Partai Demokrat Nyatakan Kesetiaan Kepada AHY dan Siap Melawan Moeldoko

Minggu, 7 Maret 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube

Kategori

  • ADVERTORIAL
  • BATANGHARI
  • BERITA
  • BISNIS
  • BUNGO
  • DAERAH
  • DUNIA
  • GAYA HIDUP
  • HIBURAN
  • HUKUM
  • KABAR DESA
  • KERINCI
  • KESEHATAN
  • KOTA JAMBI
  • KULINER
  • MERANGIN
  • MILENIAL
  • MUARO JAMBI
  • NASIONAL
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • OTOMOTIF
  • PEMERINTAHAN
  • PENDIDIKAN
  • POLITIK
  • RELIGI
  • SAROLANGUN
  • SEJARAH
  • SUNGAIPENUH
  • TANJAB BARAT
  • TANJAB TIMUR
  • TEBO
  • Uncategorized

Sekilas Tentang Ampar

Aktual dan Terkini

AMPAR adalah portal media daring masa kini yang menyajikan informasi terkini dan teraktual sebagai jawaban kebutuhan terhadap media sebagai penyebaran yang akurat dan terpercaya sangatlah dibutuhkan masyarakat. Menjangkau seluruh penjuru pertiwi, wabil khusus provinsi jambi tempat media ini berpijak.

Postingan

  • Bantah Dukung Moeldoko, Nasdem: Demokrat Hanya Satu Di Bawah Kepemimpinan AHY
  • Ngeri… Istri Mantan Bupati Ancam Wartawan “MATI” Saat Peliputan Inventarisasi Aset Pemkab
  • Gerindra Akhirnya Bersuara Lantang: Moeldoko Rendahan Tidak Punya Malu, Bikin Malu Bapak!
  • Mahasiswa Masuk Kategori Vaksinasi Masyarakat Umum
  • Deretan Zodiak yang Terkenal Paling Kejam, Jangan Ditiru

© 2020 Ampar - Jalan Mawar, Eka Jaya, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, 36133. Developed by Ara.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • ADVERTORIAL
  • BERITA
    • DUNIA
    • NASIONAL
    • DAERAH
      • BATANGHARI
      • BUNGO
      • KERINCI
      • KOTA JAMBI
      • MERANGIN
      • MUARO JAMBI
      • SAROLANGUN
      • SUNGAIPENUH
      • TANJAB BARAT
      • TANJAB TIMUR
      • TEBO
    • KABAR DESA
  • BISNIS
  • GAYA HIDUP
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • MILENIAL
    • OLAHRAGA
    • RELIGI
  • HIBURAN
  • HUKUM
  • OPINI
  • OTOMOTIF
  • PEMERINTAHAN
  • PENDIDIKAN
    • SASTRA
    • SEJARAH
  • POLITIK

© 2020 Ampar - Jalan Mawar, Eka Jaya, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, 36133. Developed by Ara.

REDAKSI TENTANG KAMI KODE ETIK PEDOMAN PERLINDUNGAN