AMPAR.ID – Meski Pilkada Gubernur Jambi terbilang masih jauh, isu seputar agenda politk 2024 itu sudah mulai ramai dibincangkan. Sejumlah dinamika terkait hajatan besar tersebut mulai terasa.
Sebut saja pergerakan sejumlah partai politik di Jambi belum lama ini. Tahun 2021, Partai Nasdem misalnya yang mengukuhkan SY Fahsa sebagai Ketua DPD Provinsi Jambi, lalu Partai Persatuan Pembangunan yang mendapuk Bupati Batanghari Muhammad Fadhil Arief sebagai ketua DPW.
Kemudian pengkuhan pengurus DPW PAN berikut DPD – DPD nya. Terbaru, terpilihnya Bupati Bungo H Mashuri sebagai ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Jambi.
Baca juga; Romi Galang Dukungan Pilgub, Kades Se-Jambi Raya Kumpul di Tanjabtim
Pergerakan sejumlah partai politik itu tentu tidak dapat dipisahkan dari kepentingan persiapan menyongsong hajatan besar 2024. Di tahun itu pemilihan legislatif diagendakann pada 14 Februari dan Pilkada serentak di 27 November. Selain persiapan partai politik, sejumlah tokoh yang berpeluang ikut kontestasi juga mulai tampak bersiap.
Keputusan SY Fasha merebut Nasdem patut dikira sebagai ‘pengamanan’ agar partai besutan Surya Paloh itu bisa menjadi kendaraannya kelak. Entah itu untuk melaju ke DPR RI maupun untuk memastikan kegagalannya naik gelanggang Pilkada Gubernur 2020 tidak terulang.
Sedangkan Fadhil, meski belum ada signal ikut pada kontestasi pemilihan gubernur 2024, paling tidak dia ingin mengamankan perahu menuju periode kedua di Batanghari. Sementara Mashuri, karena saat ini dia sedang menyelesaikan sisa akhir jabatan keduanya sebagai Bupati Bungo, posisinya sebagai Ketua Demokrat memberi banyak alternatif arah langkah politik berikutnya.
Yang menarik dicermati adalah pergerakan PAN yang penuh kejutan. Pengukuhan pengurus DPW dan sejumlah DPD PAN di Swisbell Hotel Jambi pada 5 Januari laliu diketahui sebagai proses poltik penuh manuver. Komposisi kepengurusan jauh dari prediksi banyak orang bahkan para pengurus PAN sendiri. Tiga hari jelang hari H, pergerakan kubu ketua DPW terpilih H Bakri dan kubu Romi Hariyanto cs cukup Tajam. Bakri yang sebetulnya tak mennghendaki Romi cs ada di jajaran pengurus harus legowo ketika DPP ikut campur mengatur komposisi DPW hingga DPD.
Romi berhasil memboyong rekannya sesama penentang Bakri masuk barışan dengan posisi cukup strategis salah satunya Bambang Bayu Suseno sebagai ketua harian DPW. Paling dramatis adalah penundaan pelantikan Ketua DPD PAN Tanjung Jabung Timur H Robby Nahliyansyah yang juga wakil bupati Tanjabtim.
Robby yang sempat hadir sampai harus walkout meninggalkan acara. Meski Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengatakan khusus DPD PAN Tanjabtim akan ada sesi khusus, sumber kami di PAN mengungkap bahwa posisi DPD PAN Tanjabtim diserahkan ke Romi untuk mengaturnya.
Sebagaimana diketahui, Romi dan BBS adalah ketua DPD PAN yang dipecat oleh Zulhas pada Musda serentak 27 Februari tahun lalu. Tak berselang lama Romi dan sejumlah DPC loyaiisnya menyatakan hengkang dari partai berlambang matahari itu.
Masuknya Romi dan BBS di posisi strategis PAN, hilangnya sejumlah nama yang semula digadang, dan munculnya nama gubernur Alharis beserta istri dalam jajaran DPW PAN Jambi, adalah peristiwa mengejutkan bagi publik. Tak dapat dipungkiri kalangan PAN saat ini menganggap ada matahari kembar di PAN Jambi; Bakri – Romi. Masuknya Alharis disebut sebagai satu – satunya kesepahaman Bakri dan Romi.Keduanya sama – sama pengusul. Bedanya, Bakri maunya Haris sebagai ketua MPP sedangkan Romi meminta Haris menggantikan Bakri.
Skenario mendorong Alharis menggantikan Bakri disebut sebagai kesepakatan Romi – Zulhas setelah mendengar masukan mantan Ketum PAN Hatta Radjasa. Targetnya; kembali memenangkan PAN di Jambi seperti saat masih dipimpin Zulkifli Nurdin (almarhum). Signal membenarkan itu muncul dari pernyataan Zulhas dalam sambutannya pada pelantikan.
Mantan Menteri Kehutanan era SBY itu menyebut PAN harus berkaca dengan PAN Tanjabtim yang sejak dipimpin Romi berhasil sebagai peraih kursi legislatif terbanyak se Indonesia.
Belakangan, paska pelantikan PAN, hubungan Romi dan Alharis diisukan justru memburuk. Keretakan hubungan itu lantaran Alharis dianggap ‘main dua kaki’. Sejatinya berada di barisan Romi dan sejumlah ketua dan mantan ketua DPD PAN Kabupaten dan Kota, Alharis justru kian mesra dengan Bakri.
Alharis dianggap main aman. Dia terkesan enggan mengambil alih kursi Ketua DPW PAN sebagai mana diharapkan Romi cs. Sikap mendua Alharis itulah yang membuat Romi cs kecewa. Dengan sikap tak tegas itu, Romi dan kawan – kawan merasa skenario membesarkan PAN akan sult terwujud.
JIka memang Alharis tidak bisa tegas ada di barisan, maka Romi dan kawan – kawan akan memilih opsi meninggalkan Alharis pada Pilgub mendatang. Sebagaimana diketahui, saat Pilgub 2020, lima bupati; Romi Hariyanto (Tanjabtim) Adi Rodzal (Kerinci), Mashuri (Bungo) , Masnah Busro (Muarojambi) dan Alharis (Merangin) sepakat untuk memajukan salah satu dari mereka sebagai pengganti Fachrori Umar. Jadilah kemudian duet Alharis – Abdullah Sani. Nama Sani disebut sebagai permintaan khusus Romi.
Dengan rentetan peristiwa itu, terutama isu keretakan hubungan Romi – Haris, tidak menutup kemungkinan pada Pilgub 2024 Alharis akan menghadapi mantan rekan sebarisannya. BIsa jadi Adi Rodzal, Masnah Busro, Mashuri atau Romi sendiri. JIka itu terjadi, sejarah Pilgub 2015 bisa terulang.
Makanya tidaklah berlebihan jika Alharis harus mulai waspada terutama pada manuver Romi.
Dengan gaya politik yang rada nyleneh, Romi harus diakui sebagai potensi ancaman tak main – main. Fatsun politik kelaziman sering ditabrak mantan ketua DPRD Tanjabtim tiga periode itu. Kolerasi mutlak dukungan parpol bagi meraih posisi top eksekutif pernah dia mentahkan dengan kemenangan telak melaju lewat jalur independent. Sebagai ketua PAN Tanjabtim Romi justru menjajal jalur perseorangan pada Pilkada 2020 lalu. Sebuah jalan terjal yang disayangkan banyak orang.
Namun keraguan itu dia jawab dengan perolehan suara di atas 75 persen. Romi adalah tipe politisi yang menyukai tantangan. Boleh jadi pada pilgub nanti dia akan merebut Abdullah Sani dari Alharis. Atau dia akan mendorong rekannya yang lain untuk menghadapi Alharis.
Berkumpulnya para kepala desa se Jambi raya di Tanjabtim medio Januari lalu adalah kode keras perlawanan Romi pada Alharis. Romi tampak menikmati kebersamaan dengan para kades itu. Dia membangun kedekatan emosional secara personal. Langkah ini tak sulit bagi seorang Romi. Di Tanjabtim dia dikenal sebagai “abang dan adik” bagi para kades. Dukungan para kades itu yang banyak membantu kesuksesan Romi pada setiap moment politik.
Tapi jangan lupa, musuh Romi juga tak sedikit. Ada bupati Sarolangun Cek Endra yang kecewa atas dukungan Romi saat pilgub lalu, padahal dia menggandeng Ratu Munawarah yang merupakan kerabat Romi.
Ada ketua DPRD Provinsi Jambi Edi Purwanto yang kekecewaannya nyaris sama dengan CE. Di Pilgub lalu Ratu didaulat sebagai keder partai Edi mendampingi CE sebagai wakil koalisi Golkar – PDIP. Kemudian ada Walikota Jambi SY Fasha yang pernah menuding Romi terlalu ikut campur urusan gelanggang orang lain. Terbaru, anggota DPR RI Fraksi PAN Dapil Jambi Bakri – rekan sejawat yang kemudian berseteru. Nama – nama di atas adalah pemegang mandat kepemimpin partai – partai besar di Jambi.
Terkait orang – orang yang kecewa dengannya Romi mungkin ingkar pada terjemahan fatsun politik yang diyakininya. Kali ini dia masih percaya pada fatsun kelaziman: Dalam politik tidak ada kawan sejati dan tidak ada lawan abadi.
(Opini Redaksi/jp)
Diskusi tentang inipost