AMPAR.ID – Cobalah berdiri di depan cermin dan kemudian bertanya pada diri sendiri, ‘siapa saja yang telah membantu saya hingga menjadi seperti saat ini?’ Maka yakinlah akan keluar begitu banyak nama orang-orang yang telah membantu anda selama ini. Ya, kan?
Sebagai apa pun anda hari ini, tidak akan pernah luput dari bantuan orang lain. Bahkan, anda pada kehidupan yang mapan dengan segala fasilitas tercukupi sekali pun, dipastikan memerlukan bantuan orang lain. Yakinlah, sebagai mahluk sosial, tidak ada orang hidup (sukses) tanpa bantuan orang lain!
Saya menyebut orang-orang ini dengan ‘The God’s Men’. Mereka adalah orang-orang yang sengaja dikirim oleh Allah untuk membantu orang lain. Melalui uluran tangan mereka ‘tangan’ Tuhan bekerja untuk memberikan banyak kemudahan kepada orang-orang yang dikehendakiNya dalam berbagai bidang kehidupan: masa berjuang menuntut ilmu (sekolah/kuliah), pekerjaan, karir, bisnis, organisasi, dan lain-lain.
Saya pribadi bahkan memiliki daftar nama-nama mereka agar tidak lupa. Itulah yang paling saya takutkan. Saya takut lupa dengan orang-orang yang telah banyak berjasa dalam hidup saya. Sedikit apa pun bantuan yang mereka berikan, bagi saya pasti sangat berarti.
Sifat manusia memang mudah lupa. Dan, sejahat-jahatnya lupa adalah melupakan jasa baik orang lain kepada kita.
Sebagai orang yang berjuang dalam menuntut ilmu untuk mencapai cita-cita, saya sangat merasakan bagaimana sulitnya melewati hari-hari di masa sekolah hingga kuliah. Mengatasi kesulitan ekonomi menjadi tantangan tersendiri. Banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi. Saat-saat seperti itulah ‘The God’s Men’ didatangkan Allah untuk membantu.
Itulah mengapa mereka tidak boleh dilupakan. Pribahasa umum yang sering kita dengar, ‘jangan sampai seperti kacang lupa dengan kulitnya’. Itu artinya, dari sebelum menjadi apa-apa hingga ia menjadi kacang yang bagus, selalu dilindungi oleh kulitnya. Di dalam tanah, kulit kacang selalu melindungi isinya dengan sebaik mungkin agar tidak busuk atau dimakan hama. Jasanya sangat besar. Bayangkan jika biji kacang tanpa kulitnya, maka ia akan hancur dan mungkin akan terbuang. Itu kacang!
Ada beberapa alasan penting mengapa ‘The God’s Men’ tidak boleh dilupakan.
Pertama, tahu diri. Sebagai bahan kontrol diri sendiri. Agar terhindar dari sifat sombong atau merasa hebat. Dengan kembali membuka daftar nama orang-orang ini, kita semakin sadar bahwa diri kita bukanlah siapa-siapa. Mereka yang apa-apa. Merekalah yang hebat.
Di sisi lain, hal ini juga dapat dijadikan bahan evaluasi diri. Dari mana dan sudah sampai di mana perjalanan hidup yang sedang ‘dilakoni’. Agar masa-masa sulit yang telah dilewati menjadi berarti dan tidak mengecewakan orang-orang yang telah berjasa, maka jangan pernah melakukan hal-hal yang di luar ketentuan. Jangan membuat keburukan karena yang kecewa tidak hanya diri sendiri tapi juga mereka yang telah banyak berkorban.
Kedua, tahu berterima kasih. Jasa mereka yang telah banyak membantu kita tidak akan terbalaskan. Itulah pula mengapa saya namakan ‘The God’s Men’ karena biar Allah saja yang membalas segala kebaikan mereka. Mereka mungkin sudah melupakan apa yang mereka berikan kepada kita. Tapi kita tidak boleh lupa. Bukan untuk membalasnya, tapi sebagai bukti kita tahu berterima kasih.
Dengan tidak melupakan kebaikan orang itulah bukti kita berterima kasih sekali gus bersyukur. Paling tidak dengan cara ini, kita masih bisa bersilaturrahim dan menjalin hubungan kekeluargaan dengan baik. Itulah salah satu bentuk terima kasih kita.
Ketiga, tahu berbagi dan menolong. Memang begitulah hukum alamnya, ada masanya kita dibagi dan ditolong, ada pula masanya kita berbagi dan menolong. Dalam menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan, sekecil apa pun bantuan orang pasti sangat berarti bagi kita. Rasa ini tidak boleh hilang dalam ingatan. Jika ditolong itu rasanya bahagia, maka jangan ragu untuk menolong orang lain.
Akhirnya, dipastikan masing-masing kita memiliki ‘The God’s Men’. Mereka yang telah banyak sedikitnya membantu kehidupan kita. Satu kalimat, ‘jangan lupakan mereka’!. Bukan karena mereka, tapi untuk diri kita sendiri agar kita tahu diri, tahu berterima kasih, dan tahu berbagi. Ingatlah segala kebaikan mereka (sekecil apa pun itu) dan lupakan kebaikan kita kepada orang lain!
Semoga bermanfaat. Amin.
Akademisi UIN STS Jambi dan Mind-Setting Programmer (hypno-motivation)
(nda/min)
Diskusi tentang inipost